ESENSI PELAYANAN
Banyak
orang rindu melayani Tuhan di gereja, seperti menjadi pemusik, worship leader, dan singer. Hal ini tidak terlepas dari kerinduan dan talenta yang
Tuhan berikan ke setiap individu. Pembahasan mengenai materi ini dimaksudkan
untuk menjawab keresahan dari praktik-praktik yang bersifat teologis disekitar
persoalan pelayanan. Pelayanan itu sendiri sebetulnya tidak memiliki hirarki.
Hal ini dikarenakan semua pelayanan itu sama saja dimata Tuhan, tidak ada yang
biasa saja atau amat sangat luar biasa. Kedudukan pemusik di gereja dengan worship leader, bahkan dengan pengkotbah
(orang yang memberikan firman di gereja) sama
saja di mata Tuhan karena tugas dari pelayan adalah sama yaitu melakukan
perintah tuannya. Realitanya, masyarakat gereja terkonstruk pada pola hirarki
yang semu. Pelayan Tuhan tidak lagi melayani tuannya (Tuhan Yesus) tetapi
menjadi alat yang digunakan oleh para pemimpin untuk memajukan gereja. “Pelayanan”
berasal dari kata “pelayan” yang devinisnya adalah:
“Pengertian
pelayan dalam Kitab Suci sebenarnya merujuk mereka yang menjadi budak. Budak
itu tanpa hak. Yang ia miliki hanyalah kewajiban. Ia harus melayani tuannya
kapan pun juga. Seorang budak tidak memiliki kuasa apa-apa bahkan atas hidupnya
sendiri.[1]
Penjelasan diatas dianalogikan oleh
Martasudjita dengan Yesus yang turun ke bumi menjadi pelayanan. Hal ini
terlihat dari pengorbanan Yesus sampai Ia mati di kayu salib. Seorang pelayan
atau hamba (Yesus) tidak memiliki kuasa untuk menolak perintah Tuhan atas
nyawanya sendiri.
Menjadi seorang pelayan
Tuhan yang baik harus mau memberikan tubuh, jiwa, dan rohnya ke Yesus.
Pelayanan itu sendiri lahir dari sebuah keikhlasan (dari hati), bahkan Paulus
menjadikan dirinya sebagai suatu alat di tangan Yesus.[2]
Kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pelayanan adalah memberikan
seluruh apa yang dimiliki kepada tuannya (TuhanYesus).
Pada perkembangannya,
pelayanan selalu diidentikan dengan melayani Tuhan di gereja (gedung). Hal ini
sering diutarakan oleh beberapa pengurus yang mewajibkan pelayan Tuhan “wajib” melayani di gereja. Pergeseran kata “pelayanan” dalam konteks ranah
menjadi ambigu. Tulisan Paulus kepada jemaat di Korintus menegaskan bahwa
gereja bukanlah sekedar sebuah gedung, melainkan manusianya itu sendiri.
Pernyataan Paulus menegenai gereja, yaitu:
“Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu? Jika
ada orang yang membinasakan bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab
bait Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu”.[3]
Paulus menyatakan dengan jelas bahwa
gereja atau bait Allah bukan sebuah gedung melainkan manusia. Gereja menjadi
sebuah subjek (saya, anda, kamu, dia, mereka, dan kalian) bukan mengarah kepada
objek (bangunan). Pelayanan yang sesungguhnya bukan di gereja pada hari minggu
saja, tetapi disetiap hari saat kita bertemua dengan manusia lain.
Pergeseran
makna pelayanan atau melayani inilah yang menjadi keresahan penulis. Banyak
pemimpin menegaskan bahwa pelayanan itu hari minggu dan di gereja. Hal
ini terlihat jelas dari doktrin yang diajarkan. Pelayan Tuhan di gereja (worship leader, singer, pemusik, dan soundman) diharuskan selalu melayani
setiap hari minggu. Padatnya ibadah minggu membuat terbengkalainya kegiatan di
hari senin. Pernyataan pendeta Gilbert Lumoindong dalam akun facebooknya menulis tujuh syarat pelayan
Tuhan yaitu (1) semua perlu memiliki hati hamba; (2) semua harus rendah hati
dan mengandalkan Tuhan; (3) semua harus lemah lembut; (4) mental prajurit; (5)
semua harus melayani secara excellent (cepat
dan tanggap terhadap segala kebutuhan; (6) semua bisa dipercaya untuk hal-hal
kecil; dan (7) semua harus membangun kerja sama tim.[4] Banyak
pernyataan orang lain yang membahas mengenai pelayan Tuhan, salah satunya Yohanes
Ratu Eda. Ia menulis mengenai beberapa kriteria menjadi pelayan kristus yang
baik, yaitu memiliki kepribadian yang mantap, meiliki pola pelayanan yang
tepat, dan memliki motovasi yang benar (kita dapat melayani sesungguhnya karena
kemurahan dan kuasa Tuhan).[5]
Kedua pernyataan diatas tidak menyebutkan bahwa pelayanan harus di gereja (tempat). Menjadi pelayan Tuhan
intinya adalah berpedoman pada kasih dan kemuranan Tuhan Yesus .
Pelayanan
Tuhan di gereja (gedung) tidak semuanya fulltime
yaitu memberikan waktunya untuk Tuhan dan Gereja, tetapi ada yang parttime. Kebanyakan dari parttime mengalami kesusahan mengatur
jadwalnya. Contohnya, seorang mahasiswa atau pelajar yang menjadi pelayan Tuhan
di gereja. Kesibukan ibadah minggu membuat lelah sehingga berdampak pada
ketidakhadiran kuliah atau sekolah pada hari senin. Jika hal ini terus terjadi dan
mengakibatkan hancur pendidikannya (dalam segi nilai), disini nama Tuhan sama
sekali tidak dimuliakan. Tuhan akan menjadi alasan kemerosotan nilai dalam
pendidikannya. Seorang mahasiswa pelayanan utamanya adalah belajar atau
berkuliah maka lakukan semua untuk kemulian Tuhan. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara belajar yang rajin, ujian tidak mencontek, dan mendapatkankan nilai
yang baik. Mahasiswa yang telah melakukan hal tersebut, secara tidak langsung
telah pelayanan dan meninggikan nama Tuhan. Nilai IPK atau hasil ujian yang
baik semata-matu digunakan pelayanan yang terbaik untuk Tuhan. Mahasiswa belajar
dengan rajin hal ini menjadi ucapan syukur karena Tuhan Masih memberikan
kesempatan untuk kuliah. Kesempatan yang Tuhan kasih jangan disia-siakan,
lakukan semua untuk kemuliaan Tuhan. Ketika kita menjadi orang yang terbaik di
kampus, it’s all no about you or me but
it’s all about Jesus.
Menjadi
pelayanan Tuhan adalah sebuah kewajiban setiap manusia yang percaya kepadaNya.
Hal ini dikarenakan hidup kita telah ditebus olehNya diatas kayu salib. Pelayan
Tuahan yang baik itu tidak terfokus di gereja (gedung) dan setiap hari minggu
saja. Pengertian inilah yang membuat pergeseran makna pelayan Tuhan. Menjadi
pelayan Tuhan haruslah disetiap waktu dan ruang, melakukan yang terbaik untuk
kemulaian nama Tuhan. Berhentilah mendoktrin dan memaksa seseorang menjadi
pelayan Tuhan karena melayani Yesus adalah keikhlasan, kesadaran, dan kemauan
dari dalam diri. Pelayanan tidak hanya di sebuah gedung yang disebut gereja saja hal ini lah esensi dan makna pelayanan menjadi ambigu. Pelayanan tidak dapat dibatasi oelh ruang dan waktu. Dimana kita berada dan disetiap hembusan nafas lakukanlah yang
terbaik untuk kemuliah nama Tuhan, itulah pelayanan yang sesungguhnya.
It’s
all about Jesus
.
DAFTAR
PUSTAKA
Buku
Alkitab
Perjanjian Baru. 1 Korintus 3:16-17.
Barclay, William. Pemahaman Alkitap Setiap Hari: Surat Roma. Terj. Nanik Harjono
dan Jakub Susabda. Cetakan ke-9.
Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2009.
Pr.
E. Martasudjita. Pelayanan yang Murah
Hati. Yogyakarta: Kanisius. 2003.
Sumber Online
Lumoindo, Gilbert. “7 syarat pelayan Tuhan”. Diakses pada laman https://id-id.facebook.com/psgilbertlumoindong/posts/10151511205496426.
Tanggal 15 Oktober 2017.
Ratu Eda, Yohanes. “Menjadi Pelayan Kristus Yang Baik 1”. Diakses
pada laman https://kumpulankhotbahalkitabiah.blogspot.com/2015/08/menjadi-pelayan-kristus-yang-baik-part-1.html. Tanggal 15 Oktober
[1]E. Martasudjita Pr, Pelayanan yang Murah Hati (Yogyakarta:
Kanisius, 2003), 41.
[2]William Barclay, Pemahaman Alkitap Setiap Hari: Surat Roma,
Terj. Nanik Harjono dan Jakub Susabda, cetakan ke-9 (Jakarta: PT BPK Gunung
Mulia, 2009), 301.
[4]Gilbert Lumoindo, “7 syarat pelayan Tuhan”, diakses pada
laman https://id-id.facebook.com/psgilbertlumoindong/posts/10151511205496426, tanggal 15 Oktober 2017.
[5]Yohanes Ratu Eda, “Menjadi Pelayan Kristus Yang Baik 1”, diakses
pada laman https://kumpulankhotbahalkitabiah.blogspot.com/2015/08/menjadi-pelayan-kristus-yang-baik-part-1.html, tanggal 15 Oktober 2017.