Sejarah Musik Jazz Secara Global
Musik jazz yang dulunya diciptakan
oleh para budak Afro-Amerika kini mampu menjadi fenomena budaya terbesar karena
mampu diterima dan menyebar luas ke seluruh penjuru dunia. Penyebaran musik
jazz mengalami proses yang panjang diikuti dengan perubahan kata “jazz” itu
sendiri. Kata “jazz” menurut Henry Martin dan Keith Waters dalam buku Jazz: The First 100 Years, menyatakan bahwa:
Some have
pointed to a French origin from the verb jaser, which means to chatter or
gossip; other have said that the word is a synonym for sexsual intercourse. Variously spelled Jas, Jass, Jaz,
Jasz, and Jascz. The word is African in origin….[1]
Kata Jaser berasal dari Perancis yang berarti
gosip, obrolan, dan hubungan seksual. Awalnya jazz berkonotasi negatif yaitu
berasal dari sebuah istilah vulgar yang digunakan untuk aksi seksual.[2] Penggunaan kata “jazz” dari Afrika terus berubah,
seperti: Jas,
Jass, Jaz, Jasz, and Jascz. Istilah
“Jazz” baru menjadi populer sejak munculnya rekaman dari Original Dixieland
Jazz Band pada tahun
1917.[3]
Karakteristik musik jazz itu sendiri adalah memiliki
bagian improvisasi, swinging, dan
dipengaruhi oleh blue tonality.[4]
Improvisasi adalah
seni mengkomposisi saat bermain, tanpa notasi, berkreativitas secara
musikal, dan spontan.[5] Swinging merupakan ritmis yang mengayun,
secara musikal dapat terlihat pada
ketuknya menjadi triplet atau triol. Bluetonality atau blue note adalah
nada yang digunakan sebagai warna melodi di luar dari not utamanya (solmisasi).[6]
Sejarah perkembangan musik jazz dimulai dari Blues.
Pada tanggal 9 April 1865, sistem perbudakan dihapus, mereka menari dan
bernyanyi sepanjang jalan di New Orleans. Gaya nyanyian mereka kemudian disebut
sebagai gaya New Orleans atau Blues. Blues berasal dari
kata blue yang artinya sedih, berdasarkan momen
historisnya dapat dikatakan
bahwa jazz adalah manifestasi dari
tangis kesedihan kaum negro yang mendambakan pembebasan dirinya dari
perbudakan.[7]
Musik Blues semakin berkembang menjadi Ragtime,
Dixieland, Boogie Woogie, Swing, Bebop, Progressive Jazz, Modern
Jazz, Cool Jazz, Soul, Funk, dan Free Jazz.[8]
Para musisi mulai mengembangkan musik Blues menjadi Ragtime sekitar tahun 1897. Genre Ragtime
berupa permainan piano tunggal yang
dimainkan di bar dan cafe.
Nama ragging atau ragged time terbentuk dari kepiawaian
pianis, dan pada akhir abad
ke-19 dikenal sebagai Ragtime. Missisippi Rag merupakan karya pertama
di era Ragtime yang dipublikasikan
oleh komponis bernama William Krell,[9]
kemudian Jelly Roll Morton
merupakan pianis sekaligus komposer yang mengawali improvisasi dalam permainan Ragtime.[10] Raja Ragtime adalah
Scott Joplin dengan karyanya yang terkenal seperti Maple
Leaf Rag dan The Entertainer.[11]
Ragtime berkembang
menjadi Dixieland
di mana improvisasi dilakukan secara bersama-sama oleh para soloist dari awal sampai akhir lagu. Pada
era Dixieland, industri rekaman dalam
bentuk piringan hitam sudah ada di Amerika.
Original Dixieland Jazz
Band merupakan band jazz pertama yang merekam hasil
karya mereka. Dalam buku Encyclopedia of
Recorded Sound, menyatakan:
This
was the style represented on the first true jazz recordings to be released, by
the Original Dixieland Jazz Band (ODJB), “Livery Stable Blues” (recorded 26 Feb 1917 and released 7
Mar 1917)…. Although early jazz was developed primarily by African-American
musicians, this “Original” group was white….[12]
Sistem
perbudakan telah dihapus tetapi diskriminasi terhadap orang Afro-Amerika pada saat itu masih kuat, sehingga akses untuk berkarya masih kurang baik.
Hal ini menyebabkan Original Dixieland
Jazz Band yang seluruh personelnya kaum kulit putih, mendapat akses mudah sehingga menjadi band jazz pertama yang merekam
hasil karya musiknya.
Pada
tahun 1917-an semua tempat hiburan seperti café dan bar ditutup karena banyak
terjadi tindakan kriminal. Para musisi jazz mulai meninggalkan daerah New
Orleans membawa musik jazz menelusuri sungai Mississippi, ke arah utara hingga
sampai di Detroit. Di tahun 1920-an musik jazz telah berkembang di New York,
Chicago, Memphis dan kota-kota besar di Amerika Serikat hingga akhirnya meluas
ke seluruh dunia seperti saat ini.[13]
Di kota Chicago, musisi dari New Orleans dan Chicago berkolaborasi
membentuk genre jazz yang bernama Boogie
Woogie. Menurut David P. Brown dalam bukunya
berjudul Jazz, Improvisation, and
Architecture: Noise Order, mengatakan:
In
the 1920s, Meade "Lux" Lewis and other Chicago pianist developed a
twelve bar blues form that became known as Boogie Woogie….[14]
Pernyataan di atas dapat terlihat
bahwa praktik tidak bekerja dalam ruangan yang kosong, Meade Lux Lewis dengan
beberapa pianis (memiliki habitus dan modal) berada di Chicago (ranah)
menghasilkan suatu genre
jazz yang baru (praktik) yaitu Boogie
Woogie. Boogie Woogie terus berkembang menjadi musik Pop
atau Rock.[15]
Genre Dixieland berkembang menjadi
genre Swing pada awal dekade 1930-an hingga pertengahan dekade 1940-an. Musik Swing melanda hampir ke berbagai negara dikarenakan
pada era itu telah berkembang banyak perusahaan rekam
(menggunakan piringan hitam). Ganre Swing
menjadi budaya yang populer di Amerika dan menjadi musik hiburan.[16] Masa
keemasan Swing ialah ketika dimainkan dengan
format Big Band. Pada awal tahun
1930-an dan 1940-an, Swing dinobatkan
sebagai musik pop Amerika.[17]
Suasana Perang Dunia II membuat para musisi menjadi terbatasi karena sulitnya ruang bermusik. Rasa bosan terhadap Swing membuat para musisi jazz melakukan
suatu perubahan. Setelah
Perang Dunia II berakhir, jazz mengalami perkembangan dan mengalami evolusi
yang disebut Bebop.[18] Bebop memberikan kebebasan para musisi
untuk bermusik, terlihat dari tempo Bebop
yang cepat dan kebebasan untuk berimprovisasi. Pada dekade 1940-an, terjadi pencetusan bentuk-bentuk
musik baru, misalnya Jump Band yang selanjutnya bercabang ke aliran musik RnB, serta mengilhami bentuk musik Rock n Roll.
Genre Bebop mulai
berkembang,
dan para musisi jazz tidak lagi menggunakan ketentuan atau
batasan yang berlaku di musik Swing,
sehingga muncul genre Progressive Jazz dan
berkembang lagi menjadi Modern Jazz. Pada tahun 1949-an musik Rock mulai berkembang sehingga Bebop mulai meredup kemudian
muncul genre Cool Jazz.
Di era Modern Jazz, muncul aliran musik baru yang disebut Soul dan Funk. Aliran musik Soul muncul dari gereja gospel
dengan pengaruh aliran musik Blues
sedangkan musik Funk cenderung bersifat komersial.[19]
Pada tahun 1960-an muncul Free
Jazz, yakni suatu style yang tidak mendasarkan diri pada bentuk dan pola chord tetap. Pada era ini muncul juga Jazz Rock atau Fusion yang
menggabungkan improvisasi para musisi jazz dengan ritme
dan timbre Rock. Musik jazz berkembang hampir tanpa batas dan bisa dikolaborasikan
dengan berbagai style musik. Saat ini
muncul tendensi yang masih taraf embrio, yaitu World Jazz yang mengkombinasikan jazz dengan khazanah musik lokal
atau tradisional.[20]
[1]Henry Martin dan
Keith Waters, Jazz: The First 100 Years,
3rd Edition (Boston: Clark Baxter, 2012), 59.
[2]Diunduh
dari laman http://dwipras-blogger.blogspot.com/2011_08_01_archive.html, diakese pada
tanggal 18 Oktober 2013.
[3]Bambang
Sugiharto (ed), Untuk Apa Seni?
(Bandung: Matahari, 2013), 299.
[4]John F. Szwed, Memahami dan Menikmati Musik Jazz, terj.,
Tubagus Heckman (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2000), 15.
[6]Diunduh
dari laman http://refa-tulisan.blogspot.com/2011/06/blue-note.html, diakses
pada tanggal 15 Juli 2014.
[8]_______, Ensiklopedi Indonesia (Jakarta: Ichtaiar Baru – Van
Hoeve, 1982), 1564. Lihat juga: Diunduh dari laman http://www.funart.de/Data/jazzhis.html,
diakses pada tanggal 11 November 2013.
[9]Ted Gioia, The History of Jazz (New York: Oxford
University Press, 2004), 21.
[10]Joachim E. Berendt, The Jazz Book From Ragtime to Fusion and
Beyond (New York: Lawrence Hill Book, 1992), 7.
[11]Sugiharto,
300.
[12]Frank Hoffmann (ed),
Encyclopedia of Recorded Sound: Second Edition
Volume 1 A-L (New York: Routledge, 2005), 1070.
[13]Diunduh
dari laman http://ardianumihidayah.blogspot.com/2011/07/sejarah-musik-jazz-di-dunia-by-adnan.html, diakses pada tanggal
30 November 2012.
[14]David P. Brown, Jazz, Improvisation, Architecture: Nois Order (London: University
of Minnesota Press, 2006),
1-3.
[15]Samboedi, 18-19.
[16]Dieter
Mack, Sejarah Musik: Jilid 4
(Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi, 2009), 383.
[17]Szwed, 99-102.
[18]Paul Lopez, The Raise of a Jazz Art World
(Cambridge: Cambridge University Press, 2004), 146.
[19]Samboedi, 21-22.
[20]Sugiharto,
303.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar